Dasar dan Tujuan Pembelajaran al-Qur�an
a. Dasar Pembelajaran al-Qur�an
Sebelum menjelaskan tujuan dari pembelajaran atau belajar al-Qur�an, maka terlebih dahulu dijelaskan makna dari �tujuan�. Secara etimologi, tujuan adalah �arah�, maksud atau �haluan�. Dalam bahsa Arab �tujuan� diistilahkan dengan �Ghayat, Adhaf, Maqashid. Rumusan tersebut menunjukkan tujuan belajar membaca al-Qur�an ini merupakan pengembangan dan penjabaran dari tujuan pendidikan Islam. Yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allahdi muka bumi ini, yang berdasarkan ajaran al-Qur�an dan Assunah. (Arif, 2002:16).
Berangkat dari rumusan di atas pembelajaran Al-Quran bertujuan peserta didik agar menjadi generasi Qur�ani, yaitu generasi yang mencintai al-Qur�an, komitmen dengan al-Qur�an dan menjadikan Al-Qur?an sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari. (Humam, 1993:15). Ada juga yang berpendapat tuujuan, artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan sesuatu kegiatan atau usaha. Semua usaha mempunyai dan diikat oaleh tujuan tertentu, termasuk usaha pendidikan. Sebab tanpa adanya tujuan tersebut maka usaha itu tidak ada artinya apa-apa. Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu usaha perlu dikongkritkan lebih dahulu sebelum usaha dimulai. Sebab tujuan mempunyai fungsi yang sangat tertentu terhadap suatu usaha.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pembacaan al-Qur�an tersebut adalah bentuk pengapdian manunusia kapada sang pencipta yaitu Allah SWT. Sejalan dengan tujuan penciptaan manusia yang dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
$tBur�M�)n=yz �`�g�:$#}�RM}$#ur?w�) �br�?�7��u?�9 ����
Artinya : �Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku� (Q.S. Ad Dzariyaat:56)
Tujuan pembelajaran al-Qur�an adalah membina manusia agar mampu menjelaskan fungsinya sebagai hamba Allah SWT. Dan khalifahnya. Pembinaan itu meliputi material (jasmani) dan imaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghaasilkan, Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan ketrampilan. Dengan menggabungkan unsur-unsur tersebut terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan Islam dikenal dengan istilah Adab Ad-Din dan Adab Al-Danya. (Quraish Shihab, 1994:172).
Pembinaan manusia, atau dengan kata lain pendidikan al-Qur�an terhadap anak dilakukan bersamaan sepertihalnya sikap al-Qur�an ketika menggambarkan puncak kesucian jiwa yang di alami oleh Rasulullah Saw. Pada saat beliau menerima wahyu, disana al-Qur�an mengkaitkan perilaku yang mengalami kesucian dengan situasi yang bersifat material. Kalau uraian tersebut dikaitkan dengan pembangunan nasional yang bertujuan �membangun manusia seutuhnya� atau lebih khusus di bandingkan dengan tujuan pendidikan nasional jelas sekali relevansi dan penyesuaiannya.
b. Tujuan Pembelajaran al-Qur�an
Prinsip pembelajaran al-Qur�an, perencanaan atau pengembangan pembelajaran yang hendak memilih, menetapkan dan mengembangkan pembelajaran perlu memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang mengacu pada teori belajar dan pembeljaran. Prinsip menurut Poerwadarmito, adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berfikir. Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat didentifikasi prinsip-prinsip belajar dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: (Ahmat Tafsir, 1992: 21-24)
1) Prinsip Kesiapan
Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu yang memungkinkan dapat melakukan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik-psikis (jasmani-rohani) individu yang memungkinkan subyek dalam melakukan belajar. Biasanya, kalau beberapa taraf persiapan belajar telah dilalui peserta didik maka ia siap untuk melaksanakan suatu tugas khusus. Peserta didik yang belum siap melaksanakan tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau putus asa tidak mau belajar.
Jadi kesiapan belajar adalah kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik psikis, Intelegensi, latar belakang pengalaman, hasil belajar yang kaku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
2) Prinsip Motivasi
Motivasi dapat di artikan sebagai tenaga pendorong atau pendidik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Berdasarkan sumbernya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: pertama, motivasi Intrinstik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri para peserta didik tanpa ada campur tangan pihak luar. Kedua, motivasi Ekstrinsik, yairtu motivasi yang berasal dari luar diri peserta didik yang menyebabkan peserta didik menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan motivasi tersebut, misalnya: pemberian biasiswa bagi siswa yang berprestasi.
Dalam pengembangan pembelajaran perlu diupayakan bagaimana agar dapat mempengaruhi dan menimbulkan motivasi instrinsik melalui penataan metode pembelajaran yang dapat mendorong tumbuhnya semangat peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Penataan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi para pserta didik diharapkan mampu untuk menjadi motivasi ekstrinsik bagi peserta didik, yang pada akhirnya diharapkan dapat menumbuhkan motivasi instrinsik didalam diri peserta didik.
3) Prinsip Perhatian
Perhatian dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang memiliki peranan yang besar jika peserta didik memilki perhatian besar ter hadap materi yang disajikan atau yang di pelajari, peserta didik dapat memilih dan menerima stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimuli yang dating dari luar.
Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan, melihat masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan.
4) Prinsip Persepsi
Suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang bisa menerima atau meringkas informasi yang di peroleh di lingkungan. Presepsi dianggap sebagai kegiatan awal struktur koknitif seseorang. Persepsi bersifat relative, selektif dan teratur. Oleh karena itu, sejak dini kepada peserta didik perlu ditanamkan rasa memiliki persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang akan dipelajari.
5) Prinsip Pengulangan
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat di angkat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi dapat membuat apa yang di pelajari dapat bertahan dan teringgal lebih lama dalam setruktur koknitif dan dapat di imgat kembali jika di perlukan. Oleh karena itu, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran.
6) Prinsip Transfer
Merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah di pelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian transfer adalah pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari. Pengetahuan atau ketrampilan yang diajarkan sekolah selalu diasumsikan atau diharapkan dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan atau pekerjaan yang akan dihadapi kelak
0 Response to "Dasar dan Tujuan Pembelajaran al-Qur�an"
Posting Komentar